Dari Jogja ke Solo dengan MANJA
Jogja is the little sister of Solo, berdasarkan sejarah yang ada bisa dikatakan demikian. Karena sebuah perjanjian Giyanti yang di buat oleh Belanda pada tahun 1755, wilayah Mataram dibagi dua: wilayah di sebelah timur Kali Opak (melintasi daerah Prambanan sekarang) dikuasai oleh pewaris tahta Mataram (yaitu Sunan Pakubuwana III) dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara wilayah di sebelah barat (daerah Mataram yang asli) diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Yogyakarta. (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Giyanti)
Dengan memegang tiket promo airasia yang sudah dibeli 6 bulan sebelumnya, akhirnya pada awal Januari 2012 saya kembali ke Jogja. Tapi kali ini saya tidak sendirian, ada ika, seorang sahabat dari Odng-odong traveller yang menemani. Dan tujuan kami bukan hanya Jogja, tapi juga Solo. Sebuah kota yang tadinya masih satu kerajaan dengan jogja. yaitu kerajaan Mataram.
Dengan jadwal penerbangan pertama, kami sampai di Jogja kala pagi masih menyelimuti. Bahkan jalan Malioboro yang selalu ramai tampak sepi. Sejuk udara pagi menyapa dan kami lengkapi dengan sarapan pagi nasi pecel di depan pasar Beringharjo. Agenda kami hari ini hanya santai di bumi Kanjeng Sri Sultan dan menemui adik saya yang kuliah di UIN Sunan Kalijaga.
Keesokannya, saat matahari belum terik. saya dan ika bergegas menuju stasiun lempuyangan. Awalnya kami berencana ke Solo dengan menggunakan Kereta Peramex (Perambanan Expres) dengan tarif hanya Rp. 10.000. Namun karena kami ketinggalan kereta dan harus menunggu lama untuk jadwal baerikutnya akhirnya kami menutuskan untuk naik Kereta Manja (Madiun Jaya) dengan tarif Rp. 20.000. Sempat heran sebetulnya apa yang menjadikan kereta Manja memiliki tarif yang 2x lipat lebih mahal dengan kereta Peramex yang mirip dengan Commuter Line Jakarta – Bogor.
Namun setelah kereta Madiun Jaya sampai di stasiun kami langsung tercengang. Waw….keretanya bagus ya, mirip kereta yang di jepang Dengan hanya memiliki 4 gerbong dan tanpa lokomotif kereta madiun jawa tampak eksklusif dari luar. Pun dengan bagian dalam kereta yang juga memiliki tempat duduk yang bagus serta gerbong yang sangat bersih. Dengan kondisi yang demikian kami betul-betul menikmati perjalanan Jogja-Solo dengan Manja (Madiun Jaya). Perjalanan yang hanya memakan waktu 2 jam menjadi tidak terasa.
Solo, begitu ramah. Udara yang bersahabat menyambut kedatangan kami. Dengan menggunakan taksi kami menuju rumah seorang sahabat traveller yang baru saja melahirkan. Dari sana kami diajak makan siang dan mengunjungi Keraton Solo. Sayang keraton dan museumnya yang sarat dengan nilai-nilai sejarah tampak kurang terawat. Bahkan museum yang mennyimpan barang-barang bernilai histori tinggi lebih mirip dengan gudang dengan barang-barang berdebu (maaf). Akan jauh lebih bagus jika keraton dan musiumnya dirawat dengan baik. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada sejarah, juga demi pelestariannya serta dapat menarik minat wisatawan.
Dari keraton kami mampir ke Pasar Klewer dan langsung menuju Kampung Batik Laweyan. Kampung batik Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah. Berdasarkan sejarah yang ditulis oleh R.T. Mlayadipuro desa Laweyan (kini Kampoeng Laweyan) sudah ada sebelum munculnya kerajaan Pajang. Kampung ini memiliki berbagai sentra pembuatan batik, butik-butik batik yang cantik dan berkelas serta pusat kerajinan. Butik yang ada di kampung batik inipun memiliki koleksi yang unik dan berkelas. Bahkan saya hampir tidak menemui corak batik yang sama dari butik satu ke butik lainnya. Model-nya pun terus berganti. maka bagi para pecinta bati rasanya sangat rugi jika belum ke kampung batik Laweyan.
Dari kampung batik Laweyan kami kembali ke Jogja, kali ini dengan Pramex, Prambanan Expres.
Posted on March 1, 2012, in Travelling. Bookmark the permalink. 3 Comments.
huahhh kereta manjanya keren ya <—- namanya genit hehehehe
Mbak.. itu daerah kampung halaman saia… kenapa tidak ajak2 saia…
ohh MANJA itu Madiun Jaya tohh.
Traveling yang menarik, kapan2 pengan nyoba juga 🙂